Mudik Naik Motor, Perhatikan Bobot Pembonceng Dan Barang Bawaan
Umumnya susunan satu keluarga saat mudik naik motor, di depan ada anak, di belakangnya ada istri sambil menggendong balita, belum lagi barang bawaan di dek depan dan di braket belakang yang dibuat dari bambu. Itulah potret tradisi mudik yang terjadi tiap tahun di negeri ini, tradisi ini menomorduakan aturan dan keselamatan berkendara, pemudik terlena untuk segera sampai di kampung halaman tanpa memikirkan keselamatan.
Sesuai kodratnya, sepeda motor didesain untuk memuat dua orang dewasa, jika dipaksakan lebih dari dua orang, pengendalian jadi ngawur. Keseimbangan berkendara didapat dari momentum mesin menggerakan roda, akan sulit didapat jika perbandingan bobot dan tenaganya tidak sesuai, coba saja berkendara dengan kecepatan rendah, jalannya motor sempoyongan karena momentum yang dihasilkan mesin tidak ideal menyeimbangkan bobot.
Apalagi dalam keadaan bobot yang melebihi batas, mesin akan bekerja lebih berat, begitupun suspensi akan berkurang fungsinya. Kinerja suspensi meredam getaran yang diterima roda akan sempurna jika ada beban yang yang menekannya. "Jika sokbreker menopang beban lebih berat dari seharusnya, gerakan saat bound (memendek) lebih sedikit karena sudah terpangkas bobot yang berat, saat re-bound (memanjang) akan lambat. Saat ini terjadi handling akan jadi korban,” ujar Jun Funahashi dari G Sense Suspension Service, ahli suspensi dari Jepang yang biasa menangani suspensi motor balap Super Sport.
Pabrikan merancang motor secara satu kesatuan utuh, bobot maksimal yang di angkut telah disesuaikan dengan power mesin, lihat saja di manual book setiap sepeda motor, berat maksimum yang mampu di angkut tidak lebih dari 180 kg, itu di motor sport, matik dan bebek tak lebih dari 160 kg, dihitung berdasarkan power mesin berbanding ergonomi sasisnya. Meskipun mesin sanggup menarik beban lebih, tapi secara ergonomi tidak akan nyaman, apalagi jika ditambahkan beban melebihi panjang sasisnya, sebagai contoh memakai bambu untuk mengikat barang bawaan dibelakang motor.
Masyarakat kadang mengukur dari tempat duduk, selama masih bisa diduduki berarti masih muat, padahal jika beban berlebih, mesin akan kepayahan menjalankan sepeda motor, dan lebih bahaya pengendara akan kesulitan mengendalikan motornya. Oleh sebab itu sesuaikan kapasitas maksimum dengan bobot total yang akan dibawa dengan petunjuk pabrik, lebih baik cari cara lain ketimbang memaksakan mudik dengan beban berlebih.
Simak tips dari salah satu pemudik asal Depok, Jawa Barat. "Sebelum punya anak saya dan istri saya selalu mudik menggunakan sepeda motor. Setelah punya anak, saya tetap mudik pakai motor, hanya saja istri dan anak saya pakai travel. Ini jauh aman dan nyaman, selain itu saya tidak direpotkan dengan barang bawaan karena dinaikan ke travel," tutur Jamalludin yang tiap tahun pulang kampung ke Garut, Jawa Barat dari tempat usahanya di bilangan Depok, Jawa Barat. (federaloil.co.id)